Merubah atau Mati

22 08 2011

“Dia-lah yang telah mengutus Rasulnya dengan membawa petunjuk  (Al-Qur’an) dan Dien yang haq (Islam) untuk dimenangkan di atas dien-dien yang lain , walaupun orang-orang Musyrik membencinya” ( At-Taubah : 33)

Islam adalah Dienullah,  sistem hidup dan kehidupan yang bersifat Syumuliyah (lengkap, sempurna). Tidak ada satu asfek kehidupan-pun yang luput dari Kepengaturan islam. Bidang Ubudiyah, Muamalah, Munakahah dan Jinayah atau IPOLEKSOSBUDHANKAM landasan Syari’at-Nya sudah termaktub dalam Dusturul Muslimin (UUD kaum muslimin) yakni al-Qur’an dan as-Sunah.

Allah mengutus Rasulululah Muhammad Saw adalah untuk menyempurnakan Dinullah, sehingga menjadi pedoman utama umat manusia hingga akhir jaman,

“Pada hari ini telah aku sempurnakan bagimu Dien mu…..”(Qs al-Maidah [5] :3).

Pasca turunnya ayat terakhir ini, maka tugas Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul Allah telah berakhir. Tidak ada DIEN lagi, Syari’at lagi, UUD lagi yang berhak dan syah untuk mengatur kehidupan manusia selain Dienul Islam,

“Sesungguhnya Dien yang diridloi disisi Allah adalah al-Islam….(Qs ali Imran : 19.

“Dan barangsiapa yang mencari Din selain al-Islam, maka ia tidak akan diterima. Dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (Qs ali Imran : 85).

 

Kaum lantardlo

Namun kesempurnaan al-Islam, diutusnya Muhammad sebagai Nabi dan Rasul terakhir dan penyempurna Dien  yang juga dibawa para Nabi dan Rasul sebelumnya (Qs 42 :13) dan dimuliakannya kaum muslimin sebagai umat terbaik di akhir jaman tidak disukai oleh manusia-manusia thogut, manusia takabur atau lebih tepatnya musuh-musuh Allah,

“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridlo kepadamu hingga kamu mengikuti millah mereka….”(Qs al-Baqarah [2] : 120).

Dengan penuh kesungguhan, terprogram dan sistematis, kaum lantardlo ini menyusun makar (Qs 8 : 30) untuk memadamkan cahaya Allah, mengaburkan makna al-Islam sebagai Dienullah, mendistorsi sejarah. Hingga mengembalikan dunia ini kepada peradaban Jahiliyah setelah diterangi oleh peradaban agung (Al-Islam) selama berabad-abad.

Peradaban Jahiliyah yang mereka bangun sengaja dikemas sedemikian rupa agar nampak sebagai sebuah kemajuan, kemodernan  dan kejayaan dunia. Dengan segala kesanggupan ilmiah dan materialnya, kejahiliyahan modern memang mewujudkan beberapa kenyataan yang bermanfaat bagi manusia, yang secara kualitas maupun kuantitas belum pernah terwujud pada zaman-zaman sebelumnya. Itulah yang mengaburkan pandangan mata manusia, lebih hebat daripada yang pernah terjadi di masa lampau, sehingga manusia menganggap hidupnya berada diatas petunjuk yang benar.

Upaya ini semakin nampak terutama setelah runtuhnya satu-satunya simbol Institusi Islam Dunia tahun 1924, yaitu Kekhilafahan Utsmani di Turki. Kaum lantardlo ini mengirim utusan untuk mengekspansi Negara-negara muslim yang sebelumnya berada dibawah naungan Khilafah dengan misi 3 G : Gold, Gospel, terutama God dan kemudian menjajahnya. Negara-negara dari daratan Eropa dan Amrik berbagi wilayah koloni, diantaranya wilayah kita Nusantara ini dikuasai oleh Portugis, kemudian Belanda selama 350 tahun. Adalah Snouck Hugronye  merupakan tokoh yang berperan besar memudarkan kemurnian al-Islam dan mengaburkan makna Dienulloh ini sehingga terjadi Iltibas/kolaborasi dengan Din Ghoer Islam/al-Batil.

Pada masanya umat Islam dibuat berpecah belah/Devide et impera, hingga melahirkan dua kubu besar umat yang senantiasa bertentangan, yakni kubu Tradisionalis dan Kubu Modernis. Kemudian kaum lan tardlo lebih berfihak kepada kubu Tradisionalis/abangan, hingga pecah Perang Padri antara pasukan pimpinan Tuanku Haji dari Kaum Adat/Tradisionalis yang dibantu Belanda dengan pasukan pimpinan Imam Bonjol dari Kaum Padri/Modernis di Sumatera Barat. Pada perkembangan selanjutnya mereka juga membuat “fatwa” larangan menterjemahkan al-Qur’an, mengharuskan Khutbah Jum’at dengan Bahasa Arab dan melarang dengan memakai Bahasa Daerah atau Nasional, memisahkan Islam dengan urusan Sosial Politik Kemasyarakatan hingga pemahaman umat digiring  untuk memaknai Islam sebagai agama ritual belaka secara turun temurun (Qs al-Maidah [5] : 104).

Warisan Kaum lantardlo

Kendati kaum penjajah ini telah kembali ke negerinya, namun mereka telah berhasil mewariskan ideologinya kepada anak bangsa negeri ini. Sesuai dengan kehendak mereka, mereka tidak akan ridho kepada umat Muhammad sampai umat ini mengikuti millah mereka(Qs 2:120). Dan Ironisnya para perusak Islam yang menggiring umat ini untuk mengikuti millah mereka bukan lagi mereka sendiri, tapi para agennya, anak bangsa ini yang notabene juga beragama Islam. Kalau di Turki ada Kemal Pasya, di Indonesia ada Soekarno, Tan Malaka dan Muso. Sabda Nabi Saw, : Al-Islamu mahjuubun bi muslimin (Islam terhalang oleh ulah umat islam sendiri).

 

Warisan kaum lantardlo yang hingga kini masih dipakai oleh umat Islam, yang umat sendiri tidak menyadari bahwa ideologi atau sistem yang diwariskan oleh kaum lantardlo ini adalah Kebatilan. Bahkan dengan lantang umat termasuk tokohnya sendiri mengatakan bahwa tindakan mereka sebagai bentuk Ijtihad. Diantara Sistem ideologi tersebut adalah Sekulerisme, Demokrasi, Nasionalisme, Fluralisme dan HAM.

 

Sekulerisme

Faham ini adalah faham yang memisahkan antara kehidupan agama dengan kehidupan Sosial politik Kemasyarakatan. Mereka menerima hukum-hukum Allah, namun hanya sebagian saja, itupun yang bersifat Ubudiyah/ritual. Sementara urusan kehidupan lainnya mereka menolaknya. “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan : “Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) diantara yang demikian (iman atau kafir)” (Qs an-Nisa [4] : 150).

 

Demokrasi

Faham Demokrasi adalah faham yang menjadikan suara mayoritas manusia atau rakyat suatu Negara sebagai sumber keputusan akhir, Standar kebenaran. Kendati keputusan yang dihasilkan dari pendapat kebanyakan orang tersebut bertentangan dengan nilai-nilai Ilahiyah. “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah., Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadapAllah) (Qs Al-An’am [6] : 116). Dalam membuat keputusan, ketika terjadi Dead lock  dalam sebuah “Musyawarah” maka akan terjadi Bargaining position, Koalisi antar Ideologi dan pemenangnya adalah yang memiliki suara terbanyak. Hal ini bertentangan dengan firman Allah, “Jika kamu berbeda pendapat tentang suatu perkara maka kembalikanlah kepada Allah dan RasulNya…”(Qs an-Nisa [4] : 59).

Semestinya seorang muslim tidak duduk bersama “pemerintahan Kafir” di suatu majlis (parlemen), atau masuk ke dalam sistim mereka (QS Ali Imran [3]:118,149, Al-Nisa [4]:140, Al-Baqarah [2]:42,159,174,) dengan alasan apapun (QS Ali Imran [3]:118-119, 149-150) termasuk bermusyawarah (QS Al-An’am [6]:116).  Ingat, firman Allah (QS  Al-Baqarah [2]:120, 109).

 

 

Nasionalisme

Faham ini adalah faham yang mendasarkan ikatan ideologi, ikatan isme dan segala ikatan yang ada dibingkai dalam ikatan Nasiolisme, atau ikatan kebangsaan. Sehingga ikatan apapun tidak boleh keluar dari ikatan kebangsaan, termasuk ikatan Aqidah Islamiyah. Seorang muslim tidak berhak membantu muslim lainnya di luar wilayah Nasionalismenya sepanjang tidak ada ijin dari kepemimpinan Nasional-nya. Inilah suatu bentuk sikap ashobiyah yang dikecam oleh Nabi Saw, “Bukan termasuk umatku orang yang berjuang atas dasar ashobiyah”. Padahal al-Islam adalah bersifat rahmatan lil alamin, mendasarkan ikatan mutlak dan ikatan yang Haq adalah ikatan Aqidah Imaniyah dan Islamiyah dibelahan bumi manapun keberadaan seorang muslim. Maka fase pergerakan Islam adalah menuju kepemimpinan Internasional : Jama’ah, Madinah, Daulah hingga khilafah fil-ardli (Qs 24 : 55).

 

Pluralisme

Faham ini adalah faham yang hendak membaurkan/Iltibas antar Haq dan Batil dengan dalih kemajemukan. Isu SARA (Suku, Agama, Ras) sengaja diangkat ke permukaan untuk menghadang perjuangan para Mujahid Islam. Hingga keyakinan untuk menegakkan yang Haq dan menghancurkan yang Batil dianggap suatu tindakan terorisme. Perdamaian, Toleransi dan Kemajemukan yang mereka gemakan adalah misi sefihak. Ketika Umat Islam hendak membela dan memperjuangkan keyakinannya mereka bersuara lantang untuk menghadangnya. Sementara ketika Misi Kristenisasi semakin merajalela mereka diam seribu bahasa. Bahkan ada diantara tokoh yang mengaku tokoh Islam menjadikan Perjanjian Hudaibiyah sebagai penisbatan pluralisme.

Islam mengakui keberagaman, namun bukan berarti keaneka ragaman keyakinan harus dipadukan/dicampuradukkan (Qs al-Kafirun [109) : 6), tapi berdampingan untuk saling menghormati dibawah kendali orang-orang beriman dan bertaqwa (pemerintahan Islam), “Hai manusia sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kamu saling mengenal, Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia diantaramu adalah orang-orang Bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi mengabarkan” (Qs al-Hujurat [49] : 13)

 

Hak Asasi manusia

Faham ini adalah faham yang hendak menjadikan segala bentuk perbuatan, tindakan dan sikap manusia dibenarkan dengan dalih manusia memiliki Hak Asasi, hak yang mendasar kendati bertentangan dengan nilai-nilai Rububiyah. Sehingga para pelaku maksiyat; mesum, pornoaksi berlindung dibawah payung HAM dengan dalih tindakannya sebagai Hak berekspresi seni. Apabila membentuk masyarakat, maka segala aturan yang dibuat senantiasa akan berorientasikan kepada kepentingan pribadi atau hak-hak individu (individualisme). Mereka banyak menuntut HAM daripada KAM (Kewajiban Asasi Manusia). Mereka lebih mementingkan kesenangan pribadi sendiri daripada kehidupan sosial. Allah berfirman, “Andaikata kebenaran itu  mengikuti hawa nafsu mereka, niscaya akan binasalah  langit dan bumi ini beserta apa-apa yang ada padanya…” (Qs al-Mu’minun [23] : 71).

Padahal Al-HAQ hanyalah milik Allah semata, “Al-Haq itu dari Rabmu, maka janganlah kamu menjadi orang-orang yang ragu”(Qs al-Baqarah [2] : 147). Kewajiban manusia adalah beribadah kepada-Nya, yakni menegakkan HAK-NYA (yaitu tegak Hukum dan KekuasaanNya), “Hai manusia beribadahlah kepada Rabmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu. Agar kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa” (Qs al-Baqarah [2] : 21).

 

Merubah atau Mati

Jahiliyah modern yang telah dibangun oleh kaum lan tardlo dengan segala jenis thagutnya mengira akan dapat menghancurkan, bahkan mengira telah menghancurkan Dien Allah. Ia berhak mempunyai perkiraan demikian. Orang yang melihat peta bumi sepintas lalu tentu akan tertegun menyaksikan panji jahiliyah berkibar di setiap tempat pada permukaan bumi. Sebaliknya ia tidak melihat sebuah panji Islam pun yang berkibar. Akan tetapi Dien Allah sama sekali tidak tergantung kepada manusia, “….dan Allah tetap menyempurnakan Dien-Nya, kendati orang-orang kafir tidak menyukainya.”(Qs Ash-Shaf [61] : 8).

Kesengsaraan berat yang diderita umat manusia yang hidup dibawah kekuasaan Jahiliyah di muka bumi ini; kerusakan akibat kezaliman sistem thogut di bidang politik, ekonomi, sosial, moral dan segala bidang kehidupan lainnya merupakan beberapa faktor yang akan mendorong manusia untuk merubahnya kembali menjadi sistem Islam . Manusia akan merindukan sistem hidup dan kehidupan yang dilandasi nilai-nilai Ilahiyah.

 

Namun untuk mewujudkan kerinduan manusia terhadap sistem Islam tersebut, tidak akan terwujud oleh umat Islam yang hanya berpangku tangan, seraya memperbanyak dzikir, Sholawat, istighosah belaka di masjid-masjid. “….Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada suatu kaum sebelum mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka….”(Qs ar-Rad [13] : 11).

Bila Allah menghendaki, Dia akan membangkitkan kembali Dien-Nya melalui umat lain yang sanggup melaksanakan tugas kewajiban dengan sebenar-benarnya. “Hai manusia, bila Allah menghendaki, Dia berkuasa melenyapkan kalian dan mendatangkan umat manusia (untuk menggantikan kalian). Allah MahaKuasa berbuat hal itu”(Qs An-Nisa [4] : 133).

Umat manusia yang akan sanggup memikul tugas mulia ini adalah orang-orang beriman dan senantiasa beramal saleh ; bergerak, berjuang, berkorban, siap menjual diri dan hartanya di jalan Allah, siap menukar kesenangan duniawinya dengan mengharap kebahagiaan ukhrowi.

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka Din yang telah diridloi-Nya untuk mereka….”(Qs An-Nur [24] :55

Dan pilihannya adalah Merubah atau Mati karenanya !!!





Demokrasi, sebuah kemunduran Peradaban

22 08 2011

Sebelum Muhammad bin Abdullah diangkat oleh Allah Swt sebagai rasul-Nya, keadaan di Mekah dan di seluruh dunia pada umumnya sedang dalam masa mundurnya peradaban. Peradaban yang dimaksud adalah peradaban kemanusiaan, walau secara teknologi saat itu sudah banyak kemajuan. Begitupun dalam hal kesusasteraan orang Mekah pada khususnya sudah pandai. Bahkan lirik-lirik dalam syair mereka adalah berbicara tentang ketauhidan, tentang Ibrahim as dan millahnya. Mereka juga secara ritual sudah berhaji, berinfaq, bahkan sembahyang. Namun mengapa Islam menyebutnya masa JAHILIYAH, masa kemunduran peradaban.

Karena Syair-syair yang mereka lantunkan adalah hanya bentuk seni belaka, bukan lahir dari jiwa tauhid. Syair mereka gunakan untuk menarik simpati, dukungan dan popularitas. Dimana pada kenyataannya syair yang mereka lantunkan tidak diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Hukum positif yang berlaku adalah Hukum nenek moyang (Qs 5 : 104, 2:170).
Tali ikatan diantara mereka adalah ikatan Ashobiyah/Qobilah atau kesukuan (Quraiys).
Mereka sering membangga-banggakan kelompok dan sukunya. Dan mereka saling membela sesama suku mereka apabila ada yang mendzalimi, walaupun yang dibelanya di pihak yang salah.
Mereka saling merasa yang paling berhak dan layak memimpin dibanding kelompok atau suku yang lainnya (ingat, kisah pemindahan hajarul aswad setelah batu hitam tersebut terbawa arus banjir dari tempatnya/Ka’bah).
Masyarakatnya tidak segan saling membunuh karena persoalan sepele. Anak perempuan dibunuh, karena merasa aib dan tidak bisa berperang (contoh kisah Umar bin Khotob di masa jahiliyah)

Setelah sang al-Amin diangkat jadi Rasul-Nya dan mengembangkan misinya ke seluruh penjuru dunia, dunia kembali berada dalam puncak kemajuan peradaban. Perbudakan dihapuskan, perempuan dihargai, bahkan dimuliakan sejajar dengan kaum pria. Hukum Allah adalah hukum positifnya. Wilayah-wilayah di dunia yang bertahkim ke madinah mengalami kemajuan di berbagai bidang, baik segi dunia maupun akhiratnya. Toleransi dan perdamaian bukan hanya slogan belaka, tapi dipraktekkan.

Kini 1400 tahun lebih pasca kejayaan Islam dan dunia, umat Islam kembali kehilangan kepemimpinan dan kekhilafahan. Dunia kembali mengalami masa suram, masa kemunduran peradaban.

Ayat-ayat Allah hanya jadi kamuflase untuk meraih simpati, dukungan dan popularitas, sementara….

Hukum positif yang berlaku adalah hukum nenek moyang/kultur budaya bangsa
Tali ikatan diantara manusia adalah ikatan Ashobiyah/Kebangsaan/Nasionalisme
Mereka saling membangga-banggakan pribadi, golongan, partai dan bangsanya. Mereka saling membela sesama mereka, walupun yang dibelanya salah, pelaku KKN.
Mereka merasa paling layak dan berhak menjadi pemimpin , Presiden, anggota Dewan dibanding orang lain, kelompok lain, partai lain atau bangsa lainnya.
Masyarakatnya tidak segan saling membunuh karena persoalan sepele. Bayi laki-laki dan perempuan dibunuh, bahkan sebelum lahir ke dunia-pun (KB dan Aborsi) dengan alasan tidak bisa makan atau karena hasil hubungan perzinaan.

Semua itu mereka sebut sebagai kemajauan peradaban dengan slogan DEMOKRATISASI. Mereka mengkalim sedang membuat peradaban gemilang. Namun bagaimana kenyataan yang terjadi…..?

Justru Sistem Demokrasi lah yang telah melahirkan pribadi-pribadi pintar namun tak berakhlak mulia, seperti halnya gayus tambunan, sri mulyani serta yang terakhir ini Nazarudin yang justru menambah suram keadaan Negeri ini.

Allah berfirman, “Apabila mereka diseru untuk tidak membuat kerusakan di muka bumi. Mereka menjawabnya sesungguhnya kami sedang membuat kemaslahatan. Ingatlah, sesungguhnya mereka sedang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya (Qs al-Baqoroh [2] :11-12)





Mendadak Ustadz | Pelawak atau Penda’wah

20 08 2011

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Akan muncul di akhir zaman orang-orang yang mencari dunia dengan agama. Di hadapan manusia mereka memakai baju dari bulu domba untuk memberi kesan kerendahan hati mereka, lisan mereka lebih manis dari gula namun hati mereka adalah hati serigala (sangat menyukai harta dan kedudukan). Allah berfirman, “Apakah dengan-Ku (kasih dan kesempatan yang Kuberikan) kalian tertipu ataukah kalian berani kepada-Ku. Demi Diriku, Aku bersumpah. Aku akan mengirim bencana dari antara mereka sendiri yang menjadikan orang-orang santun menjadi kebingungan (apalagi selain mereka) sehingga mereka tidak mampu melepaskan diri darinya.” (HR. Tirmidzi)
Namanya saja ulama su’ (buruk), tentu pekerjaan-nya merusak, mengacau, dan menyesatkan. Disebut ulama karena baju dan lisannya seperti ulama, disebut su’ karena perbuatan, ajakan, dan hatinya jahat. Karena itu, ulama su’ termasuk jenis manusia yang berbulu domba namun berhati serigala.Ulama su’ sekarang ini adalah generasi penerus dari ulama su’ zaman dahulu. Ulama su’ mengajarkan tipu daya untuk mencari celah-celah hukum Allah, sehingga mereka bisa memakan harta secara batil seperti kisah penduduk yang menghalalkan mencari ikan pada hari Sabtu dengan tipu daya yang cukup terkenal itu, atau menghalalkan bangkai dengan cara mencairkannya menjadi minyak lalu dijual dan dimakan harganya.

Ulama su’ adalah peringkat ulama yang paling rendah, paling buruk dan paling merugi. Ia adalah seorang alim yang tidak mengamalkan ilmunya dan tidak mengajarkannya kepada manusia. Di samping itu, ia mengajak kepada kejahatan dan kesesatan. Ia menyuguhkan keburukan dalam bentuk kebaikan. Ia menggambarkan kebatilan dengan gambar sebuah kebenaran. Ada kalanya, karena menjilat para penguasa dan orang-orang dzalim lainnya untuk mendapatkan kedudukan, pangkat, pengaruh, penghargaan atau apa saja dari perhiasan dunia yang ada di tangan mereka. Atau ada juga yang melakukan itu karena sengaja menentang Allah dan Rasul-Nya demi menciptakan kerusakan di muka bumi ini. Mereka tidak lain adalah para khalifah syetan dan para wakil Dajjal.

Di antara ulama su’ ada juga kelompok yang mengajak kepada kebaikan, namun tidak pernah memberikan keteladanan. Karena itu, Ibnul Qayyim berkata: “Ulama su’ duduk di depan pintu surga dan mengajak manusia untuk masuk ke dalamnya dengan ucapan dan seruan-seruan mereka. Dan mengajak manusia untuk masuk ke dalam neraka dengan perbuatan dan tindakannya. Ucapan mereka berkata kepada manusia: “Kemarilah! Kemarilah!” Sedang-kan perbuatan mereka berkata: “Janganlah engkau dengarkan seruan mereka. Seandainya seruan mereka itu benar, tentu mereka adalah orang yang pertama kali memenuhi seruan itu.” (Al-Fawaid, Ibnul Qayyim, hal. 61).

Diriwayatkan bahwa Allah Subhannahu wa Ta’ala memberi wahyu kepada Nabi Daud alaihis salam: “Wahai Daud jangan engkau jadikan antara Aku dan antara dirimu seorang alim yang sudah tergoda oleh dunia, sehingga ia bisa menghalangimu dari jalan mahabbahKu. Karena sesungguhnya mereka adalah para begal yang membegal jalannya hamba-hambaKu. Sesungguhnya hukuman terkecil yang Aku kenakan untuk mereka adalah Aku cabut kelezatan bermunajat dari hati mereka.” ( Jami’ Bayanil Ilmi, Ibnu Abdil Bar, 1/193).Asy-Sya’bi berkata: “Akan ada sekelompok penduduk surga yang melongok, melihat sekelompok penduduk neraka. Lalu penduduk surga menyapa mereka dengan penuh keheranan, “Apa yang membuat kalian masuk neraka, padahal kami masuk surga karena jasa didikan dan ajaranmu ?”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami memerintahkan kalian melakukan kebaikan namun kami sendiri tidak melaksanakannya.”

Allah telah mencela orang-orang semacam ini sejak zaman Nabi Musa alaihis salam dan mengabadikan hinaan itu di dalam kitab suci sepanjang masa.”Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri. Padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat) ? Maka tidakkah kamu berpikir ?” (Al- Baqarah: 44). (Mukhtashar Jami’ Bayanul Ilmi, Ahmad bin Umar Al-Bairuti, hal. 165).

Fakta apabila kita menonton di beberapa stasiun televisi………Termasuk kelompok ulama su’ yaitu ulama yang mengajak kepada kebaikan, tetapi dengan cara-cara kefasikan, seperti berdakwah dengan musik dan gendingan. Mulutnya mengajak ke surga sementara tangan dan kakinya mengajak orang lain untuk bergoyang mengikuti syetan. Atau berdakwah dengan menggunakan metode lawak, sehingga ungkapan yang kotor dan contoh-contoh yang seronok menjadi bumbu wajib dalam setiap ceramahnya karena target keberhasilannya adalah puasnya hadirin, pemirsa dan pendengar, dengan gelak tawa dan senyuman lebar sebanyak mungkin. Tema dan isi dakwah pun dipilih dan dikemas sesuai dengan selera para panitia dan pengunjung. Mulutnya mengajak kepada iman, namun lawakan dan kebanyolannya melupakan akhirat. Intinya adalah ia mencari “ridha manusia”. Jenis ulama penghibur (pelawak dan pemusik) ini tidak mengikuti aturan dakwah dalam syariat Islam, tetapi mengikuti nafsu syetan demi mengejar ridha manusia. Mereka lupa akan ancaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :”Barangsiapa yang mencari ridha Allah dengan (resiko mendapat) murka manusia, maka Allah mencukupinya dari manusia. Dan barangsiapa mencari ridha manusia dengan (menyebabkan) kemurkaan Allah, maka Allah menyerahkan dirinya kepada manusia.” (HR. Tirmidzi, no. 2419)

Alhasil ulama su’ adalah perusak agama, pemadam sunnah, pelindung bid’ah, pelopor maksiat. Sesungguhnya tepat ungkapan Ibnul Mubarak:”Tidaklah merusak agama ini melainkan para raja, ulama su’ dan para rahibnya.”Hal ini karena manusia ini bergantung kepada ulama (ahli ilmu dan amal), ubbad (ahli ibadah) dan muluk (umara, aghniya’). Jika mereka baik, manusia akan baik dan jika mereka rusak, pasti dunia menjadi rusak. (Tafsir Ibnu Katsir, 2/462)Umar berkata kepada Ziyad bin Hudair: “Apakah kamu mengerti apa yang merusak Islam ?” Ziyad berkata: “Tidak.” Umar berkata: “Tergelincirnya seorang alim, debatnya orang munafik -dengan ayat Al-Qur’an- dan (penetapan) hukumnya para imam yang menyesatkan.” (Riwayat Ad-Darimi)

Ulama su’ sejatinya adalah da’i-da’i neraka. Dalam hadits Hudzaifah , ketika dia bertanya kepada Rasulullah `: “Sesungguhnya kita dulu ada dalam kejahiliahan lalu Allah menganugerahkan kepada kami kebaikan ini, maka apakah setelah kebaikan ini ada keburukan ?” Beliau menjawab dalam ucapannya yang panjang sampai berkata: “Ya, para da’i di ambang pintu Jahannam. Siapa yang mendatangi ajakannya pasti akan mereka lemparkan ke dalamnya.” (HR. Al-Bukhari: 7084, dll)

Ulama su’ adalah musuh Allah, mereka sebegitu buruknya karena memutar balikkan urusan, maka benar-benar terbalik. Mestinya salah seorang mereka bisa menjadi pengajak dan penyeru kepada jalan Allah, ternyata mereka sesat dan menyesatkan, mengajak kepada jalan syetan. (Dari ucapan Ali radhiallahu anhu, Ad-Dakwatut Tammah, Abdullah Al-Hadrami, h. 42).

Ulama su’ adalah ulama fasik yang akan dimasukkan oleh Allah ke dalam neraka sebelum para penyembah berhala, karena salahnya orang yang mengerti tidak sama dengan orang yang tidak mengerti. (Mukhtashar Jami’ Bayanil Ilmi, 164)Ya Allah, jadikanlah manfaat untuk kami apa yang telah engkau ajarkan kepada kami dan ajarkanlah terus kepada kami apa yang bermanfaat untuk kami.

Sumber : http://salafiyunpad.wordpress.com/2008/08/03/ulama-su%E2%80%99-petaka-dan-fitnah/